Aku bukan orang baru di hidupmu, kau pun bukan orang baru di
hidupku. Aku tak baru mengenalmu 2 atau 3 hari ini. Entah sudah berapa lama aku
pun tak ingin menghitungnya, aku belajar hal baru tentangmu setiap harinya.
Tapi, justru kebersamaan kita yang tak sebentar ini, aku mulai merasa ada
perasaan yang menyesakkan dada. Apakah kau juga merasakannya?
Sulit aku menghilangkan perasaan itu di saat kau selalu ada di
dekatku dan tertawa bersama. Kebersamaan ini membuatku nyaman berada di dekatmu
dan perasaan ini semakin kuat menghentak jantungku. Bersamamu membuatku merasa
aman, bahagia dan tanpa beban. Berbagi cerita denganmu terasa lebih mudah dari
menulis buku harian. Mendengar leluconmu ternyata lebih menghibur daripada
menonton 100 film komedi. Melihat wajah kesalmu ternyata lebih mengkhawatirkan
daripada ketinggalan kunci kamar. Melihat wajah sedihmu ternyata lebih
menyakitkan daripada jatuh tersandung batu.
Tapi aku menikmatinya, aku bersedia menyediakan waktu dan diriku
untuk menampung dan mendengarkan segala ceritamu. Sampai aku merasa di satu
titik yang kurasa aku lebih mengerti dirimu lebih dari siapapun. Segala yang
kita punya di pertemanan ini memang tulus tanpa di buat-buat, lalu aku mulai
memikirkan perasaan itu lagi, tentu aku tak sanggup mengatakannya karena
pertemanan ini terlalu berharga.
Kata nyaman adalah kata yang paling tepat menggambarkan keadaan saat aku bersamamu. Mendengar ceritamu, aku selalu tertawa. Mendengar keluh kesahmu, aku tak mungkin menolak. Bertemu denganmu aku tak pernah mencoba pergi. Aku juga tak tau mengapa dirimu, bukan berarti aku tak pernah mencoba memberi hati ini pada yang lain. Aku bahkan mencoba menjalani hubungan dengan orang lain dan aku tahu kau pun juga begitu. Kita bahkan saling bercerita tentang hubungan dan pasangan kita masing-masing.
Walaupun pertemanan ini indah, harus kuakui bagiku itu tak cukup
lagi. Bukan aku egois pada perasaan ini, namun mencoba membatasinya seolah
percuma saja. Segala hal sudah ku lakukan untuk mempertahankan pertemanan ini
setulus awalnya — namun harus kuakui, aku tak bisa.

Saat perasaan ini sudah terlanjur datang padaku, aku mulai
kehilangan arah pada pertemanan kita. Ketika seharusnya teman saling mendukung
saat mencari pasangan, aku justru mencemburuinya. Saat berkumpul bersama
pasangan kita masing-masing rasanya sangat berbeda dengan saat kita
menghabiskan waktu berdua saja. Bagaimana ini, apakah aku benar-benar jatuh
cinta? Atau aku hanya takut kau akan lebih fokus pada pasanganmu? Tapi, jauh di
dalam hatiku, sungguh aku bahagia jika kau menemukan bahagiamu walau bersama yang
lain.
Sebagai teman, aku tak ingin membuatmu susah dan melihatku
sebagai teman yang tidak mendukung keputusanmu. Saat aku sendiri masih berjuang
meredam cemburuku, aku masih bisa memikirkan kebahagiaanmu bersama yang lain.
Betapa besar pengorbanan yang ku lakukan untuk pertemanan kita, andai kau tau
yang sebenarnya.
Mungkin aku sudah
benar-benar mencintaimu
Aku sadar ini semua tak mudah dan menguras banyak emosi. Aku pun
tak tahu apa yang harus kulakukan di keadaan ini. Apakah sebaiknya aku
menginvestigasi langsung apa yang dirimu rasa? Jika kita bersepakat
untuk menjadi lebih dari sahabat, mampukah kita mempertahankannya?
Aku tak mau ‘berjudi’ dengan segala kemungkinan yang ada dan
bermain drama yang menguras perasaan. Aku juga tak mau pertemanan kita akan
jadi kaku ketika kau mengetahuinya, semua akan berbeda dan tak lagi
menyenangkan. Saat itu terjadi mungkin kau akan menjauh dan melupakan semua
ini. Atau kita sama-sama akan merasakan dan ke hubungan yang lebih dari teman.
Aku tak mau bermain dengan keadaan dan menghitung peluang. Aku tak mau banyak
berharap, aku hanya ingin melihatmu bahagia.
0 Response to "Salahkah jika Aku menginginkan Yang "lebih" ?"
Posting Komentar